 |
| Waspada berita hoax (palsu) |
Khutbah
Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ
سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَه.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللّهُمَّ
صَلِّ عَلَى سيِّدنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اما بعد :
فياأيها الناس, اتقوا
الله حق تقاته
ولا تموتن إلا
وأنتم مسلمون.
أعوذ بالله من
الشيطان الرجيم، بسم الله
الرحمن الرحيم. يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدا. يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن
يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ
فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
Ma'asyiral
Muslimin Wa Zumratal Mu'minin Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah
Perkembangan
teknologi yang terus menerus semakin pesat membuat media sosial menjadi pilihan
utama masyarakat dalam berkomunikasi. Media sosial adalah sesuatu yang tidak
dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun,
kemajuan teknologi ini harus dihadapkan dengan kebebasan setiap orang dalam
membuat serta membagikan informasi. Dalam kurun waktu setahun belakangan ini,
Indonesia dihadapkan dengan maraknya berita hoax di media sosial. Hal ini
dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan pribadi
atau kelompok.
Kita sering
mendengar desas-desus yang tidak jelas asal-usulnya. Kadang dari suatu
peristiwa kecil, tetapi dalam pemberitaannya, peristiwa itu begitu besar atau
sebaliknya. Terkadang juga berita itu menyangkut kehormatan seorang muslim.
Bahkan tidak jarang, sebuah rumah tangga menjadi retak, hanya karena sebuah
berita yang belum tentu benar. Bagaimanakah sikap kita terhadap berita yang
bersumber dari orang yang belum kita ketahui kejujurannya?
Allah Ta'ala
berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن
جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا
أَن تُصِيبُوا قَوْمًا
بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [QS. Al-Hujurat : 6].
Dalam ayat
ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus.
Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada
mereka. Tidak semua berita yang didapat itu benar dan sesuai dengan fakta.
Ingatlah, musuh-musuh kita senantiasa mencari kesempatan untuk menguasai. Maka
wajib atas kita untuk selalu waspada, hingga kita bisa mengetahui orang yang
hendak menebarkan berita yang tidak benar.
Jika Allah
berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن
جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti”
Maksudnya,
janganlah kalian menerima (begitu saja) berita dari orang fasik, sampai kalian
mengadakan pemeriksaan, penelitian dan mendapatkan bukti kebenaran berita itu.
(Dalam ayat
ini) Allah memberitahukan, bahwa orang-orang fasik itu pada dasarnya (jika
berbicara) dia dusta, akan tetapi kadang ia juga benar. Karenanya, berita yang
disampaikan tidak boleh diterima dan juga tidak ditolak begitu saja, kecuali
setelah diteliti. Jika benar sesuai dengan bukti, maka diterima dan jika tidak,
maka ditolak.
Kemudian
Allah Ta'ala menyebutkan illat (sebab) perintah untuk meneliti dan larangan
untuk mengikuti berita-berita tersebut dengan lanjutan firman-Nya,
أَن تُصِيبُوا قَوْمًا
بِجَهَالَةٍ
“Agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya”.
فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” [QS.
Al-Hujurat : 6]
Hadirin
Jama'ah Jum'at Rahimakumullah
Sungguh,
betapa semua kaum muslimin memerlukan ayat ini, untuk mereka baca, renungi,
lalu beradab dengan adab yang ada padanya. Betapa banyak fitnah yang terjadi
akibat berita bohong yang disebarkan orang fasiq yang jahat! Betapa banyak
darah yang tertumpah, jiwa yang terbunuh, harta yang terampas, kehormatan yang
terkoyakkan, akibat berita yang tidak benar! Berita yang dibuat oleh para musuh
Islam dan musuh umat ini. Dengan berita itu, mereka hendak menghancurkan persatuan
umat ini, mencabik-cabiknya dan mengobarkan api permusuhan diantara umat Islam.
Betapa
banyak dua saudara berpisah disebabkan berita bohong! Betapa banyak suami-istri
berpisah karena berita yang tidak benar! Betapa banyak kabilah-kabilah, dan
kelompok-kelompok saling memerangi, karena terpicu berita bohong!
Wajib atas
kaum muslimin untuk waspada dan mewaspadai musuh-musuh mereka. Dan hendaklah
kaum muslimin mengetahui, bahwa para musuh mereka tidak pernah tidur (tidak
pernah berhenti) membuat rencana dan tipu daya terhadap kaum muslimin. Maka
wajiblah atas mereka untuk senantiasa waspada, sehingga bisa mengetahui sumber
kebencian, dan bagaimana rasa saling bermusuhan dikobarkan oleh para musuh.
Sesungguhnya
keberadaan orang-orang munafiq di tengah kaum muslimin dapat menimbulkan bahaya
yang sangat besar. Akan tetapi yang lebih berbahaya, ialah keberadaan
orang-orang mukmin berhati baik yang selalu menerima berita yang dibawakan
orang-orang munafiq. Mereka membuka telinga lebar-lebar mendengarkan semua
ucapan orang munafiq, lalu mereka berkata dan bertindak sesuai berita itu.
Mereka tidak peduli dengan bencana yang ditimpakan kepada kaum muslimin akibat
mengekor orang munafiq.
Hadirin
Jama'ah Jum'at Rahimakumullah
Al Qur’an
telah mencatatkan buat kita satu bencana yang pernah menimpa kaum muslimin,
akibat dari sebagian kaum muslimin yang mengekor kepada orang-orang munafiq
yang dengki, sehingga bisa mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang
sebelum kita.
Dalam
Lintasan Sejarah Islam, Hoax pernah terjadi dalam banyak peristiwa, antara
lain:
1. Nabi
Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan keluarganya pernah menjadi korban
hoax, ketika istri beliau, Aisyah Radliyallahu 'anha, dituduh selingkuh, dan
beritanya menjadi ‘viral’ di Madinah. Peristiwa itu dalam sejarah dinamakan
hadits al-Ifki. Berita bohong ini menimpa istri Rasulullah Shallalahu Alaihi
Wasallam ‘Aisyah Radliyallahu Anha. Ummul Mu’minin, setelah perang dengan Bani
Mushtaliq pada bulan Sya’ban 5 H. Peperangan ini diikuti kaum munafik, dan
turut pula ‘Aisyah dengan Nabi berdasarkan undian yang diadakan antara
istri-istri beliau. Dalam perjalanan mereka kembali dari peperangan, mereka
berhenti pada suatu tempat. ‘Aisyah keluar dari sekedupnya untuk suatu
keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba dia merasa kalungnya hilang, lalu dia
pergi lagi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan
bahwa ‘Aisyah masih ada dalam sekedup. Setelah ‘Aisyah mengetahui, sekedupnya
sudah berangkat dia duduk di tempatnya dan mengaharapkan sekedup itu akan
kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat di tempat itu seorang sahabat Nabi,
Shafwan bin Mu’aththal, diketemukannya seseorang sedang tidur sendirian dan dia
terkejut seraya mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, isteri
Rasul!” ‘Aisyah terbangun. Lalu dia dipersilahkan oleh Shafwan mengendarai
untanya. Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah.
Orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut pendapat masing-masing.
Mulailah timbul desas-desus. Kemudian kaum munafik membesarkannya, maka
fitnahan atas ‘Aisyah Radliyallahu Anha. itu pun bertambah luas, sehingga
menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum Muslimin.
Akhirnya
Allah Ta'ala mengklarifikasi berita itu, dengan menurunkan firman-Nya dalam
Al-Quran Surat Al-Nur,
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا
بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لَا
تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ
هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ
امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ
مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى
كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ
عَظِيمٌ. لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ
ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَذَا
إِفْكٌ مُبِينٌ. [النور/:11-12]
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu
adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu
buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari
mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara
mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu
baginya azab yang besar. Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu
orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka
sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang
nyata.” (QS. An-Nuur : 11-12)
2. Khalifah
Utsman bin Affan tewas ditikam seorang penghafal Al-Quran yang termakan hoax
(fitnah) bahwa sang khalifah melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Peristiwa penikaman ini terjadi pada bulan Dzulhijjah tahun 35 H./656 M. Nama
pelakunya Al-Ghafiqi.
3. Khalifah
Ali bin Abi Thalib dibunuh Abdurrahman bin Muljam seorang Khawarij, yang
memfitnahnya sebagai penista hukum Al-Quran karena ingin damai dengan Muawiyah
bin Abi Sufyan, mereka menuduh beliau telah meninggalkan hukum Allah.
4. Di era
demokrasi sekarang ini, banyak hoax di medsos, mengancam pilar persatuan dan
kerukunan umat islam dan masyarakat Indonesia khususnya. Bahkan The Arab
Spring; الثورات العربية, demo, perang saudara,
dan pertumpahan darah yang berujung tumbangnya beberapa negara di kawasan Timur
Tengah, adalah (diduga) akibat virus hoax yang disebarkan melalui medsos.
Hadirin
Jama'ah Jum'at Rahimakumullah
Pada
dasarnya ucapan itu diterima dengan telinga, bukan dengan lisan. Akan tetapi
Allah ungkapkan tentang cepatnya berita itu tersebar di tengah masyarakat.
Seakan-akan kata-kata itu keluar dari mulut ke mulut tanpa melalui telinga,
dilanjutkan ke hati yang memikirkan apa yang didengar, selanjutnya memutuskan
boleh atau tidak berita itu disebar luaskan. Allah Ta'ala berfirman,
إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ
وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم مَّالَيْسَ لَكُم بِهِ عِلْمٌ
وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ
اللهِ عَظِيمٌ
““(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari
mulut ke mulut dan
Kamu katakan
dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya
suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar”. [QS. An-Nur
: 15].
Allah
mendidik kaum mukminin dengan adab ini. Mengajarkan kepada mereka cara
menghadapi berita serta cara memberantasnya, sehingga tidak tersebar di
masyarakat. Setelah itu Allah mengingatkan kaum mukminin, agar tidak
membicarakan sesuatu yang tidak mereka diketahui. Allah juga mengingatkan
mereka, agar tidak mengekor kepada para pendusta penebar berita bohong.
عَنْ حَفْصِ بْنِ
عَاصِمٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا
أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا
سَمِعَ." (صحيح مسلم - ج
1 / ص 15)
“Cukuplah seseorang dikatakan pendusta tatkala menceritakan
semua yang ia dengarkan (tanpa tabayun/klarifikasi).” (HR. Muslim).
Hadirin
Jama'ah Jum'at Rahimakumullah
Majelis
Ulama Indonesia atau MUI telah merilis fatwa tentang haramnya menyebar berita
hoax. Hukum haram ini terdapat pada Fatwa MUI Nomor 24 Tahun 2017 tentang Hukum
dan Pedoman Bermuamalah melalui Media Sosial.
Memproduksi,
menyebar dan atau membuat dapat diaksesnya konten/informasi tentang hoax,
ghibah, fitnah, namimah, aib, bullying, ujaran kebencian, dan hal-hal lain
sejenis terkait pribadi kepada orang lain dan atau khalayak hukumnya haram,
demikian salah satu poin dari Fatwa MUI.
Jadi,
apabila kita menerima berita atau konten di media sosial hendaklah kita teliti
dahulu jangan langsung percaya apalagi mengshare kemana-mana. Karena bila kita
tidak teliti terhadap hoax, maka kita bisa jadi salah satu penyebar dosa
kebohongan. Cerdaslah dalam bermedia sosial dan semoga Allah Ta'ala senantiasa
membimbing kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Aamiin
بارك الله لي
ولكم فى القران
العظيم ونفعني وإياكم بما
فيه من الايات
والذكر الحكيم أَقُوْلُ قَوْلِي
هَذا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ العظيم لِي
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُالرحيم.
Khutbah
Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ تَسْلِمًا. أَمَّا بَعْدُ: إِنَّ
اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلَّونَ عَلَى الَّنِبْيِّ يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى
آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ،
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُواْ
رَبَّنَا إِنَّكّ رَؤُوْفُ رَّحِيْمٌ
اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ
قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا
نًافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً
مُتَقَبِلاً
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
والحمد لله رب العالمين.
عباد الله، أن
الله يأمر بالعدل والاحسان
وإيتاء ذى القربى
وينهى عن الفخشاء
والمنكر والبغي يعظكم لعلكم
تذكرون. فاذكروا الله يذكركم
واشكرواه على نعامه يزدكم
ولذكروا الله اكبر.
Oleh: Ustadz Asimun Mas'ud